Aku masih di luar kamar. Sendiri dan tidak pasti apa pintunya berselak dari dalam. Ataupun aku dilarang sama sekali membuka pintunya. Dulu pintunya transparent Hari ni gayanya pintu kecemasan kalis api/ Rintangan api. Kelihatan berat, protective dan tidak welcoming. Di dalam kamar itu aku pasti. Ada keluarganya, kesayangannya, teman-teman akrabnya. Juga karier dan kehidupannya. Yang mungkin indah dan yang mungkin jelek. Sedang aku masih di luar kamar. Sesekali dia membuka pintu dan menjenguk ku di luar ini. Bertanya khabar, atau terpaksa barangkali menegurku sekadar berbasi2 lantaran dia harus limpas di depanku. Apakah aku masih tegar menunggu di luar kamar ini? Menunggu dijemput masuk olehnya dengan hormat dan rasa cinta. Atau menunggu dia putuskan supaya aku beredar agar tidak terhalang laluan di luar pintu kamar ini. Anytime I will leave soon. Now im still in stupid phase. Late move on maybe? Tuhan, gagahkan kakiku melangkah sambil membawa otak sarat dan emosi ini berlalu